Minggu, 16 Maret 2014

Posted by Unknown On 05.05
1.   EPIDEMI
Kenaikkan kejadian suatu penyakit yang berlangsung cepat dan dalam jumlah insidens yang diperkirakan. Contohnya : Filariasis.

jenis epidemic yang di kenal: 
- Common sours (exposure) epidemics, karena adanya satu sumber penularan. 
- Propagated (progressive) epidemic, karena adanya banyak sumber penularan akibat person to person  transmission.
                       Fenomena Filariasis :


Filariasis merupakan salah satu penyakit yang termasuk endemis di Indonesia. Seiring dengan terjadinya perubahan pola penyebaran penyakit di negara-negara sedang berkembang, penyakit menular masih berperan sebagai penyebab utama kesakitan dan kematian. Salah satu penyakit menular adalah penyakit kaki gajah (Filariasis). Penyakit ini merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Di dalam tubuh manusia cacing filaria hidup di saluran dan kelenjar getah bening (limfe), dapat menyebabkan gejala klinis akut dan gejala kronis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk. Akibat yang ditimbulkan pada stadium lanjut (kronis) dapat menimbulkan cacat menetap seumur hidupnya berupa pembesaran kaki (seperti kaki gajah) dan pembesaran bagian bagian tubuh yang lain seperti lengan, kantong buah zakar, payudara dan alat  kelamin wanita.
            Di Indonesia penyakit kaki gajah pertama kali ditemukan di Jakarta pada tahun 1889. Berdasarkan rapid mapping kasus klinis kronis filariasis tahun 2000 wilayah Indonesia yang menempati ranking tertinggi kejadian filariasis adalah Daerah Istimewa Aceh dan Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan jumlah kasus masing-masing 1908 dan 1706 kasus kronis. Menurut Barodji dkk (1990 –1995) Wilayah Kabupaten Flores Timur merupakan daerah endemis penyakit kaki gajah yangdisebabkan oleh cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia timori. Selanjutnya oleh Partono dkk (1972) penyakit kaki gajah ditemukan di Sulawesi. Di Kalimantan oleh Soedomo dkk (1980) Menyusul di Sumatra oleh Suzuki dkk (1981) Sedangkan penyebab penyakit kaki gajah yang ditemukan di Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra tersebut adalah dari spesies Brugia malayi.
  Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Kasus penderita filariasis khas ditemukan di wilayah dengan iklim sub tropis dan tropis (Abercrombie et al, 1997) seperti di Indonesia. Filariasis pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1877, setelah itu tidak muncul dan sekarang belum diketahui bagaimana perkembangannya. Filariasis tersebar luas hampir di seluruh Propinsi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Upaya pemberantasan filariasis tidak bisa dilakukan oleh pemerintah semata. Masyarakat juga harus ikut memberantas penyakit ini secara aktif. Dengan mengetahui mekanisme penyebaran filariasis dan upaya pencegahan, pengobatan serta rehabilitasinya.

                  2.      PANDEMI
Pandemi adalah Penyakit yang berjangkit menjalar ke beberapa Negara atau seluruh benua. Contohnya : H1N1 2009 (Flu Babi)
Fenomena Pandemi :

Virus flu A/H1N1 muncul di Meksiko pada bulan Maret, 2009 dan menyebar ke seluruh dunia pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jauh lebih cepat daripada pandemi lainnya dalam sejarah. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melewati pandemi lainnya yaitu memerlukan lebih dari enam bulan untuk menyebar secara luas, sedangkan penyebaran virus H1N1 hanya memerlukan waktu kurang dari enam minggu.
Sekarang penyebaran H1N1 global telah mereda di sebagian besar wilayah, oleh karena itu, tetap harus menggunakan kesempatan ini untuk mengambil keuntungan dan belajar dari pengalaman.
Kita juga tidak lupa bahwa wabah flu burung H5N1 di antara unggas bisa memburuk dari waktu ke waktu menjadi pandemi pada manusia yang lebih parah daripada pandemi H1N1. Pada tahun 2009, ada 72 kasus H5N1 pada manusia, dengan 32 kematian. Ini merupakan 44 persen tingkat kematian. Menurut data WHO, daerah di mana kasus H5N1 manusia berkembang biak juga daerah di mana virus H1N1 menyebar. Kita perlu terus memantau situasi H5N1. Negara dapat bekerja sama untuk mengembangkan suatu sistem yang efektif dalam pengawasan dan pelaporan penyakit di setiap daerah yang berisiko tinggi. Hal ini khususnya penting ketika keseluruhan kapasitas dan mutu kesehatan hewan dan pelayanan kesehatan masyarakat tetap rendah di banyak daerah berisiko tinggi.

                  3.      ENDEMIK
           Endemik adalah penyakit menular yang terus menerus terjadi di suatu tempat atau prevalensi 
 suatu penyakit yang biasanya terdapat di suatu tempat.     

            Fenomena endemik: 



            Penyakit yang umum terjadi pada laju yang konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi disebut sebagai endemik, contoh penyakit endemik adalah DBD.
Musim penghujan, serangan penyakit demam berdarah rentan terjadi di sejumlah daerah di Kota Pekalongan. Termasuk di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan Kota Pekalongan Utara. Warga Kandang Panjang mulai mengeluhkan indikasi demam berdarah (DB) setelah beberapa warganya dilarikan ke rumah sakit akibat DB.
Dinas Kesehatan Kota Pekalongan hingga bulan Oktober 2013 telah mencatat terjadi 56 kasus demam berdarah (DB). Dua di antaranya meninggal. Dwi mengatakan, ada lima titik rawan yang menjadi endemik nyamuk demam berdarah. Lima daerah ini antara lain Kelurahan Medono, Kauman, Bendan, Pasir Sari, dan Kandang Panjang. “Menjelang musim hujan warga agar waspada, kubur barang-barang yang mampu menampung air,” kata dia.
Demam berdarah disebabkan karena virus yang masuk ke alirah darah melalui vektor, antara lain gigitan nyamuk Aedes aegypty. Orang yang terkena demam berdarah menunjukkan gejala demam tinggi, pusing dan bercak merah. Sejauh ini belum ada obat yang spesifik melawan penyakit ini. Pasien biasanya hanya diberi cairan tubuh untuk menghindari dehidrasi akibat demam dan muntah. Sementara untuk obat biasanya hanya untuk menghilangkan nyeri dan meredakan demam.

       4.      SPORADIK
          Kejadian ini relative berlangsung singkat umumnya berlangsung di beberapa tempat dan pada  
 waktu pengamatan masing-masing kejadian tidak saling berhubungan, misalnya dalam proses     
penyebarannya

Sepanjang tahun 2010 NE yang bersifat sporadik seringkali dapat terjadi pada peternakan ayam, baik pada peternakan ayam broiler (pedaging), petelur komersial maupun breeder, dapat terjadi bila mana tidak digunakannya antibiotika yang berfungsi sebagai growth promoters atau problem infeksi oleh Emeria spp. Di Indonesia kasus NE yang dijumpai pada ayam menyebabkan naiknya angka kematian ayam dan diare.
Penyakit NE merupakan salah satu penyakit yang paling sering muncul dan mengancam industri pedaging di seluruh dunia. Bahkan Barnes (2000) telah melaporkan bahwa penyakit ini mempengaruhi lebih dari 40 % ternak broiler komersil akhir-akhir ini.
Secara ilmiah penyakit NE disebabkan oleh toksin dari bakteri jenis Clostridium perfringens yang berkembang pada usus unggas.  Toksin yang dihasilkan tersebut mengakibatkan terjadinya kerusakan lapisan usus sehingga menyebabkan infeksi klinis dan subklinis akut.  Sumber infeksi bisa berasal dari kontaminasi air, pakan, kotoran, dan lingkungan.  Gejala klinis yang paling sering ditemukan adalah terjadi peningkatan kematian unggas yang mendadak mendadak. Unggas yang terlihat sehat dapat mati dalam hitungan jam. 
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini diantaranya adanya kerusakan pada mukosa usus  (misalnya akibat dari  infeksi parasit, koksidia, salmonella, dan E colli), gangguan imunosupresi (misalnya akibat dari penyakit gumboro, marek, dan mycotoxin), perubahan pola pemberian pakan yang secara tiba-tiba (dari pakan starter menjadi pakan grower, tekstur atau komposisi pakan yang berubah), serta pemberian tipe ransum yang  tidak mudah dicerna.  Faktor-faktor tersebut dapat mengganggu mikroflora alami di usus dan dapat  menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan Clostridium.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko ayam terkena penyakit NE diantaranya dengan menjaga tingkat biosekuriti dan higienitas yang baik di peternakan, pengendalian koksidiosis  secara optimal, dan menjaga kesehatan usus dengan memberikan produk-produk yang dapat memodulasi mikroflora usus (prebiotik). Jangan ketinggalan meminimalkan tingkat stres pada ayam yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan usus.


Sumber :

Infovet. 2003. Necrotic Enteritis bukan penyakit baru. Infovet Ed. 105. April   2003.

0 komentar:

Posting Komentar